Minggu, 21 Maret 2010

Barang Antik


Akhir-akhir ini, di Indonesia berkembang aliran baru di dunia barang antik. Aliran ini dipelopori oleh anak-anak muda yang tergabung dalam suatu komunitas yang bernama : Komunitas Djadoel.

Aliran ini sekaligus mendobrak dan merobohkan anggapan lama bahwa sesuatu yang antik itu harus lama sekali. Mereka bahkan mengumpulkan wayang umbul, rokok, korek api, jam beker (weker), perabot dapur yang terbuat dari kaleng (poci/ teko dan cangkir enamel blirik), radio National dan Telesonik, programa bioskop, bedak jaman belanda dan Dai Nippon, Majalah tahun 1950 dan sebelumnya, buku komik angkatan tahun 1960 dan 1970 an, buku cerita silat, kamera polaroid dan Fuji langsung jadi, mainan anak diecast dan tin toys, wah .... masih banyak lagi yang bisa disebutkan disini.

Pokoknya hampir semua perabotan yang kita pergunakan sehari-hari bisa menjadi antik asal sudah "ada umur". Dan umur itu tidaklah perlu hingga ratusan tahun, melainkan hanya diperlukan suatu : pergantian teknologi.

Fotografi telah berganti beberapa kali teknologinya, dari mulai film plat berganti jadi film rol, kemudian semakin mengecil ukurannya hingga 135, terakhir bahkan telah menjadi : .... tanpa film sama sekali. Yah, kini orang memotret tanpa keluar duit untuk beli film yang mahal itu.

Memotret pun telah menjadi suatu hal yang mudah. Tak ada lagi rumus 3 meter 5,6 yang dulu sering diajarkan oleh para orang tua kepada generasi muda, maksudnya setel jarak 3 meter dan setel diafragma 5,6 ditanggung beres, semua benda yang dipotret banyak jadinya ..... Kini orang memotret tinggal jeprat-jepret semua sudah diatur oleh kameranya yang menggunakan sistim auto focus.

Mencetak foto pun tidak lagi repot harus di kamar gelap dan menyesuaikan kertas foto dengan kondisi film negatif. Dulu harus menggunakan kertas BH (hard) untuk mencetak film negatif yang kurang pencahayaannya (tipis). Sekarang semua orang bisa mencetak foto dengan mesin printer kecil dari komputernya, dan dikerjakan ditempat terang. Urusan gelap terang atau kontras gambar atau menghapus noda (tursir) bisa diperbaiki dengan program software photoshop dan sejenisnya.

Pergantian teknologi seperti itu diratapi sebagai sebuah malapetaka oleh para pelaku bisnis dibidangnya. Banyak sekali toko foto tutup gara-gara pergantian teknologi. Ada yang berganti usaha jual nasi rames dan minuman Juice. Tapi pergantian teknologi seperti ini menjadi sebuah berkah bagi pedagang barang antik. Banyak sekali kamera bagus yang sekarang "dibuang ditendang-tendang" bagai tak berharga lagi. Bayangkan saya, kamera Nikon yang dulu berharga 3 juta sekarang cukup dengan uang Rp 500.000,- bisa anda bawa pulang. Kamera Mamiya RB 67 yang dulu berharga 5 juta sekarang bisa anda beli cukup dengan uang 1 juta. Pedagang barang antik sibuk berjualan kamera bekas .....

Demikianlah yang telah terjadi selama ini di banyak barang perabot hidup kita sehari-hari. Setrika telah berganti dari api arang menjadi listrik, maka setrika lama menjadi kenangan dan itu menarik untuk dikoleksi. Jam weker telah berganti digital, maka weker ulir yang mekanik menjadi kenangan manis untuk dikoleksi. Thermos air panas dan air dingin telah berganti menjadi plastik dan stainless steell, maka thermos kaleng menjadi benda masa lalu untuk dipajang di ruang barang antik kita. Bukan mustahil kelak kompor minyak tanah akan menjadi antik setelah pemerintah mengganti penjualan minyak tanah menjadi gas LPG. Sekarang pun telah banyak kompor minyak tanah yang dibuang ke tempat rongsok untuk dilebur kembali menjadi benda lain.

Semua yang dirubah oleh teknologi menjadi berkah bagi penggila barang antik... (Ahita Teguh Susilo)

Barang antik (dari bahasa Latin: antiquus "tua") ialah benda menarik yang sudah berusia tua, seperti mebel, senjata, barang seni, maupun perabotan rumah tangga.

Tidak terdapat definisi umum yang dapat diterima meluas seberapa antik sebuah barang, namun barang yang berusia lebih ratusan tahun lamanya dapat disebut antik.[1] Di Amerika Serikat, UU Cukai Smoot-Hawley 1930 mendefinisikan barang antik sebagai "karya seni (kecuali permadani dan karpet yang terbuat setelah tahun 1700), koleksi dalam ilustrasi kemajuan seni, karya dari perunggu, pualam, terakota, parian, tembikar, atau porselin, benda antik artistik dan obyek karakter ornamen maupun nilai pendidikan yang harus diproduksi sebelum tahun 1830."

Barang antik dijual dengan dilelang dan dari kolektor. Secara tradisional, kolektor dan orang kaya membeli barang antik, namun di negara industri, barang antik juga menarik di penyimpanan rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar